Total Tayangan Halaman


Selasa, 06 September 2011

10 Steps To Make Yourself a Better Decision Maker

Proses pengambilan keputusan merupakan bagian penting dalam kehidupan setiap manusia, baik dalam kehidupan pribadinya maupun dalam mengambil keputusan bisnis. Penentuan masalah dan pengambilan keputusan seringkali berhubungan erat dan tidak terpisahkan, dan akan menentukan langkah dan dampak lanjutan.

Walaupun banyak keputusan yang harus dibuat oleh seseorang setiap harinya; mulai dari apakah saya harus bangun dan berangkat kerja hari ini, mandi atau tidak, pakai baju yang mana, dll; namun tulisan ini dimaksudkan untuk orang yang perlu mengambil keputusan yang sifatnya keputusan bisnis. Pengambilan keputusan yang baik melibatkan kombinasi dari teknik dan kreativitas dalam mengidentifikasikan masalah dan pilihan alternatif solusi, kejelasan keputusan, dan implementasi yang efektfif.

Tidak ada metode yang baku dalam proses pengambilan keputusan, karena setiap orang biasanya memiliki gaya dan level pengalaman yang berbeda-beda. Seseorang yang sudah 25 tahun berkecimpung di pasar modal misalnya, akan lebih mudah dalam menentukan apakah dia harus membeli atau menjual saham tertentu. Hasilnya sangat mungkin berbeda dengan seseorang yang baru pertama kali mencoba berinventasi di pasar modal. Ada orang yang sangat senang menjadi risk taker, ada yang risk averse.

Pengalaman saya di awal-awal masa bekerja dulu, sangat sulit saat saya berada dalam kondisi menjadi orang yang harus menjadi pengambil keputusan, apalagi yang berkaitan dengan pekerjaan saya. Contoh: berapa banyak order barang yang harus saya minta ke pabrik? Terkesan mudah karena sudah ada sistem inventory management mungkin, tapi bagaimana dampak penjualan saya saat kompetitor sangat agresif dalam melakukan in-store promo? Berapa persen confident level saya untuk bisa menghabiskan stock barang yang saya minta dalam waktu satu bulan? Belum lagi masalah tanah longsor yang memutuskan jalur pengiriman barang, belum jelas kapan bisa dilalui truk lagi. Wah, banyak sekali pemikiran yang berseliweran dalam benak saya waktu itu.

Tidak bisa dipungkiri, peranan pendekatan pendidikan di Indonesia yang cenderung mengharuskan murid menghafal, budaya bangsa Indonesia yang relatif dituntut menjadi penurut, menjadikan kita tidak terbiasa dalam proses pengambilan keputusan. Saat menjadi anak, kita dituntut untuk menuruti perintah orangtua, saat di sekolah, dituntut menuruti pendapat guru. Kita cenderung dihadapkan pada pilihan yang sudah dirancang untuk kita pilih, dengan kata lain, tidak ada pilihan. Dari hal sederhana seperti memilih baju, habis mandi, orangtua atau babysitter sudah menyiapkan baju yang akan kita pakai. Saat makan tiba, nasi goreng telor ceplok sudah tersedia di meja, padahal mungkin saja sang anak inginnya telor dadar -pengalaman pribadi-.

Untuk itu, saya mencoba merancang pedoman untuk proses pengambilan keputusan yang baik, berdasarkan pengalaman, ilmu yang saya dapatkan, yang telah saya kombinasikan dengan referensi yang ada. Saya memilih 10 langkah, bukan 5, bukan 20, karena cukup merepresentasikan langkah-langkah dari pengambilan keputusan yang paling rumit (memerlukan lebih banyak langkah), sampai yang sederhana. Nah..., proses penentuan 10 langkah ini (bukan 5, apalagi 77) juga merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang harus saya lakukan.

Berikut ini 10 Langkah untuk membuat Anda menjadi Pengambil Keputusan yang Lebih Baik, yang disingkat menjadi S.A.F.E.G.U.A.R.D.S. :

1. Set your objectives. Tentukan tujuan Anda. Tulis dengan spidol di atas papan tulis atau buku catatan Anda. Hal ini terdengar simple, namun seringkali kita tidak mengerti benar apa yang kita inginkan, apa yang harus kita capai dalam mengambil keputusan. Seringkali saat kita terburu-buru, under pressure, kita menjadi linglung, tidak bisa fokus terhadap tujuan kita.
2. Analyze problems/options. Pengambilan keputusan biasanya dibutuhkan pada saat seseorang dihadapkan pada masalah, atau pilihan. Saat melakukan analisa, pastikan semua hal yang berpengaruh dan relevan sudah diperhatikan. Contoh: saat seseorang lulus SMU, dia dihadapkan pada pilihan antara lain: meneruskan kuliah, langsung bekerja, atau menjadi pencuri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya kelak. Untuk kebanyakan orang, pilihan untuk menjadi pencuri bukanlah suatu pilihan, sehingga dapat dihilangkan.
3. Find alternative actions. Langkah alternatif yang bisa dilakukan perlu "dicari" secara aktif. Seringkali kita pasrah pada suatu kondisi dan menganggap tidak ada alternatif solusi terhadap permasalahan kita, sehingga membuat proses pengambilan keputusan menjadi lebih terbatas.
4. Evaluate alternatives against objectives. Setelah menemukan pilihan alternatif yang ada, bandingkan dengan objective atau tujuan di awal. Apakah sudah tercapai? Anda akan kaget bahwa seringkali kita mengambil pilihan alternatif yang sebenarnya tidak menjawab tujuan awal kita.
5. Gather and brainstorm on the pros and cons. Apabila memungkinkan, diskusikan pilihan alternatif langkah, bicarakan mengenai pro dan kontra dengan team Anda, yang bisa saja merupakan rekan kerja, maupun pasangan serta anak-anak Anda.
6. Understand the consequences. Setiap piilihan biasanya akan memiliki konsekuensi masing-masing. Kebanyakan dari konsekuensinya ada yang positif ada yang negatif, karena kalau semuanya bersifat positif, tentu tidak perlu proses panjang dalam pengambilan keputusan Anda. Pahami dan diskusikan kepada mereka yang terkait dengan keputusan Anda.
7. Ask for consultation or professional guidance if needed. Untuk hal yang sifatnya spesifik dan memerlukan keterampilan khusus, contohnya: berhubungan dengan urusan hukum, berkaitan dengan pajak. Ada baiknya Anda mencari pendapat para ahli untuk mendapatkan hasil keputusan yang lebih akurat.
8. Remember how you made decision in the past. Bagaimana keputusan Anda di masa lalu? Apakah kondisi sekarang masih relevan dengan masa lalu? Apakah saya masih bisa mengambil pendekatan yang sama? Bagaimana dampaknya saat itu?
9. Decide what would be your final decision, avoid vagueness. Setelah Anda menentukan keputusan yang akan Anda ambil, pegang teguh keputusan itu, usahakan untuk tidak menimbulkan kebingungan bagi para pihak yang terkena dampak dari keputusan Anda. Jangan plin-plan, mencla mencle.
10.Sell your final ideas/decisions to those involved and affected, and follow up to ensure proper and effective implementation. Sampaikan keputusan Anda itu terhadap para pihak yang berkepentingan dan terpengaruh dengan keputusan Anda. Hal lain yang penting diperhatikan adalah tindak lanjut untuk memastikan implementasi keputusan Anda sudah tepat dilaksanakan dan mencapai tujuan yang diharapkan. Seringkali yang terjadi adalah; sebenarnya keputusannya sudah tepat, namun karena implementasinya tidak akurat, menjadikan keputusan tersebut seolah-olah salah.

Selanjutnya, apakah Anda harus melakukan semua langkah tersebut diatas? Jawabnya tentu saja tidak. Apabila Anda bisa melewati salah satu langkah, silakan saja, S.A.F.E.G.U.A.R.D.S ini hanya ditujukan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan, karena pada akhirnya kualitas keputusan itu akan kembali kepada diri Anda. Dengan dihadapkan pada kondisi pengambilan keputusan yang semakin sering, maka biasanya kualitas keputusan itu sendiri akan lebih baik. Jangan takut lagi untuk mengambil keputusan!

Disclaimer: Catatan ini hanya ditujukan sebagai bahan referensi bagi Pembaca, penulis tidak bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil oleh Pembaca, serta dampaknya bagi kepentingan pribadi maupun kepentingan bisnis Pembaca. Kepada seluruh Pembaca diharapkan untuk menggunakan akal sehat (common sense) dalam mencerna setiap tulisan yang ada, sehingga pemahaman yang didapat betul-betul dapat ditanggapi secara positif dan bermanfaat bagi kehidupan bersama. Apabila ada hal-hal yang kurang berkenan, saran, komentar, atau pertanyaan, dapat menyampaikannya langsung kepada penulis melalui email: herianto.sumali@gmail.com. Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar